JATMAN dan Reorientasi Thoriqoh dari Ranah Privat ke Publik

JATMAN dan Reorientasi Thoriqoh dari Ranah Privat ke Publik
(Catatan Dari Raker Idaroh Wustho Jatman Jabar, 20 - 21 September 2025)
Oleh Khotimi Bahri
Mudir Idaroh Syu'biyah Jatman Kota Bogor
SAJADA.ID - Kadangkala perubahan budaya berdampak luar biasa pada perilaku seseorang. Ketidakmampuan seseorang beradaptasi dengan lingkungannya bisa berdampak pada rasa frustasi, depresi, stres sosial.
Namun, ada satu gejala yang tidak kalah seriusnya adalah fenomena alienasi.
Alienasi adalah kondisi ketika seseorang merasa terpisah atau terasing dari lingkungan, masyarakat, diri sendiri, atau hal-hal yang penting bagi hidupnya, sehingga menimbulkan perasaan tidak memiliki makna, tidak berdaya, dan kehilangan jati diri. Yang lebih mengkhawatirkan ketika mulai terasing dari Tuhannya.
Dalam sisi yang lain, ada orang yang justru menempuh jalan sunyi. Menyendiri, mengasingkan diri dalam keramaian, dan memilih asyik masyuk bercengkrama dengan Sang Maha Indah. Kita mengenalnya sebagai seorang salik.
Seorang salik dalam tasawuf adalah individu yang menempuh perjalanan spiritual (suluk) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan jiwa, agar bisa menyerap Nur Ilahi.
Perjalanan ini diikuti disiplin diri, dibawah bimbingan guru spiritual (mursyid). Praktik dengan menjalankan ibadah seperti zikir dan puasa, serta mengatasi tantangan duniawi dengan mengendalikan hawa nafsu. Tujuan utamanya adalah untuk wushul kepada Allah SWT.
Dalam proses perjalanannya, seorang salik senantiasa mengikatkan diri (robithoh) secara intuitif dengan seorang guru, mursyid, agar terus mendapatkan bimbingan, pancaran keberkahan (fuyudhot) dalam menjapai tujuannya wushul kepada Allah. Sebab tanpa bimbingan seorang guru, sang salik, murid bisa terjebak dalam perangkap-perangkap syetan (ghurur).
Murid adalah satu akar kata dengan "irodah" (اراد / يريد/ اراد.... مريد)Iradah termasuk salah satu sifat yang wajib bagi Allah menurut akal manusia (qudrah- itadah- ilmu- hayat...dst). Iradah secara bahasa berarti keinginan, kehendak. Sedangkan murid berarti orang yang berkeinginan sesuatu.
Dalam perspektif lain, Al-Qusyairi menyebutkan bahwa iradah merupakan keinginan seseorang untuk dekat kepada Allah atau menginginkan Allah swt. Al-Qusyairi mengutip Surat Al-An’am ayat 52 yang menyifatkan sebagian orang yang beribadah pagi dan sore hanya semata menginginkan Allah swt.
وَلا تَطْرُدِ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالغَدَاةِ وَالعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ
Artinya, “Jangan kalian menghalau orang yang menyeru Tuhan mereka pada pagi dan sore yang menginginkan (ridha)-Nya,” (QS: Al-An’am, 52).

Partner of Republika Network. Official Media Yayasan Rumah Berkah Nusantara. email: infosajada.id, Silakan kirimkan info